Rabu, 21 Desember 2011

Tugas Mulmed Membuat Video Cara Penggunaan Alat Peraga Pembelajaran Matematika

Video ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Multi Media , di  dalamnya berisi cara penggunaan Papan Tormaku yang merupakan alat peraga pembelajaran matematika untuk mencari faktor dari suatu persamaan kuadrat.
Dalam pembuatan video ini saya besama teman saya Nurul Fatimah dan Ratna Nurhayati bersama-sama berjuang mulai dari mencari alat peraga yang akan digunakan, membuat storyboard, membuat skanario video, syuting video yang melelahkan tapi mengesankan, hunting tempat untuk syuting video, dan masih banyak pengalaman yang berkesan dari pembuatan video ini,,,,
Mudah-mudahan dengan adanya video ini bisa bermanfaan bagi yang menontonya, terinmaksih banyak untuk Nurul Fatimah dan Ratna NUrhayati atas kerjasamanya,,senang bisa berkerjasama dengan kalian berdua,
Untuk melihat video cara penggunaan Papan Tormaku Klik alamat web di bawah ini



Model Pembelajaran Problem-Based Instruction


Model PBI atau pembelajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey, sebab secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri atas menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2007:67), belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah, belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian dan bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah (selanjutnya disingkat PBI) didasarkan pada teori psikologi kognitif. Fokus pengajaran tidak begitu banyak pada apa yang sedang dilakukan siswa (perilaku mereka), melainkan kepada apa yang mereka pikirkan (kognisi mereka) pada saat mereka melakukan kegiatan itu. Walaupun peran guru pada pembelajaran ini kadang melibatkan presentasi dan penjelasan suatu hal, namun yang lebih lazim adalah berperan sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan masalah.
PBI juga didasarkan pada konsep konstruktivisme yang dikembangkan oleh ahli psikologi Eropa Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Menurut Piaget, anak memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus-menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Pandangan konstruktivis-kognitif mengemukakan, siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan mereka tidak statis, tetapi terus-menerus tumbuh dan berubah saat siswa menghadapai pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal. PBI juga merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanann, dalam Trianto, 2007).
Menurut Rachmad Widodo (2009) model  PBI ini mengangkat satu masalah aktual sebagai satu  pembelajaran yang menantang dan menarik. Peserta didik diharapkan dapat belajar memecahkan masalah tersebut secara adil dan obyektif. Sedangkan menurut Arends (1997, dalam Trianto, 2007:68), PBI merupakan pembelajaran yang menuntut siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti pembelajaran berdasarkan proyek (project-based instruction), pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience-based instruction), belajar otentik (authentic learning), dan pembelajaran bermakna (anchored instruction).
PBI juga bergantung pada konsep lain dari Bruner, scaffolding, yaitu suatu proses yang membuat siswa dibantu menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan (scaffolding) dari seorang guru atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih. Peran dialog juga penting, interaksi sosial di dalam dan di luar sekolah berpengaruh pada perolehan bahasa dan perilaku pemecahan masalah anak.
Sementara itu, PBI mempunyai kaitan erat dengan pembelajaran penemuan (inkuiri). Pada kedua model ini guru menekankan keterlibatan siswa secara aktif, orientasi induktif lebih ditekankan dari pada deduktif, dan siswa menemukan atau mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Adapun perbedaannya dalam beberapa hal penting, yaitu: sebagian besar pelajaran dalam inkuiri didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan berdasarkan disiplin, dan penyelidikan siswa berlangsung di bawah bimbingan guru dan terbatas di lingkungan kelas. PBI dimulai dengan masalah kehidupan nyata yang bermakna, yang memberi kesempatan kepada siswa dalam memilih dan menentukan penyelidikan apa pun baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh itu diperlukan untuk memecahkan masalah (dalam Ibrahim dan Muhammad Nur, 2005: 23).
Karakteristik pembelajaran berdasarkan masalah adalah:
(1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. PBI mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai solusi untuk situasi itu.
(2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Meskipun PBI berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa dapat meninjau masalah itu dari berbagai mata pelajaran.
(3) Penyelidikan autentik. PBI mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.
(4) Menghasilkan produk dan memamerkannya. PBI menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang merfeka temukan. Produk tersebut dapat berupa transkrip debat , laporan, model fisik, video, maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada temannya tentang apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.
(5) Kolaborasi. PBI dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberi motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan berpikir.
Menurut Arend (2001, dalam Trianto, 2007) model problem-based instruction memiliki lima langkah pembelajaran yaitu:
1)      Guru mendefinisikan atau mempresentasikan masalah atau isu yang  berkaitan (masalah bisa untuk satu unit pelajaran atau lebih, bisa untuk pertemuan satu, dua, atau tiga minggu, bisa berasal dari hasil seleksi guru atau dari eksplorasi siswa), 
2)      Guru membantu siswa mengklarifikasi masalah dan menentukan bagaimana masalah itu diinvestigasi (investigasi melibatkan sumber-sumber belajar, informasi, dan data yang variatif, melakukan survey dan pengukuran),
3)      Guru membantu siswa menciptakan makna terkait dengan hasil pemecahan masalah yang akan dilaporkan (bagaimana mereka memecahkan masalah dan apa rasionalnya),
4)      Pengorganisasian laporan (makalah, laporan lisan, model, program komputer, dan lain- lain), dan
5)      Presentasi (dalam kelas melibatkan semua siswa, guru, bila perlu melibatkan administator dan anggota masyarakat).
Adapun tahapan pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah di kelas menurut ismail (2002:122) dapat dipergunakan dalam tabel berikut:
TABEL. 1
Langkah-langkah Model Problem-Based Instruction

Fase
Indikator
Tingkah Laku Guru
1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan pejelasan dan pemecahan masalah.
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyeledikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2007:72) di dalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru dalam kelas PBI antara lain: (1) mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari; (2) memfasilitasi/membimbing penyelidikan, misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen; (3) memfasilitasi dialog siswa; dan (4) mendukung belajar siswa.

Rabu, 14 Desember 2011

Sekilas Mengenai MS Power Point

Pengertian

Microsoft Office PowerPoint
adalah sebuah program komputer untuk presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft di dalam paket aplikasi kantoran mereka, Microsoft Office, selain Microsoft Word, Excel, access dan beberapa program lainnya. PowerPoint berjalan di atas komputer PC berbasis Sistem Operasi Microsoft Windows dan juga Apple Manchitos yang menggunakan sistem operasi Apple Mac OS, meskipun pada awalnya aplikasi ini berjalan di atas sistem operasi Xenix. Aplikasi ini sangat banyak digunakan, apalagi oleh kalangan perkantoran dan pebisnis, para pendidik, siswa, dan trainer. Dimulai pada versi Microsoft Office System 2003, Microsoft mengganti nama dari sebelumnya Microsoft PowerPoint saja menjadi Microsoft Office PowerPoint. Versi terbaru dari PowerPoint adalah versi 12 (Microsoft Office PowerPoint 2007), yang tergabung ke dalam paket Microsoft Office System 2007.

Sejarah

Aplikasi Microsoft PowerPoint ini pertama kali dikembangkan oleh Bob Gaskins dan Dennis Austin sebagai Presenter untuk perusahaan bernama Forethought, Inc yang kemudian mereka ubah namanya menjadi PowerPoint.
Pada tahun 1987, PowerPoint versi 1.0 dirilis, dan komputer yang didukungnya adalah Apple Macintosh. PowerPoint kala itu masih menggunakan warna hitam/putih, yang mampu membuat halaman teks dan grafik untuk transparansi overhead projektor(OHP). Setahun kemudian, versi baru dari PowerPoint muncul dengan dukungan warna, setelah Macintosh berwarna muncul ke pasaran.
Microsoft pun mengakuisisi Forethought, Inc dan tentu saja perangkat lunak PowerPoint dengan harga kira-kira 14 Juta dolar pada tanggal 31 Juli 1987. Pada tahun 1990, versi Microsoft Windows dari PowerPoint (versi 2.0) muncul ke pasaran, mengikuti jejak Microsoft Office 3.0. Sejak tahun 1990, PowerPoint telah menjadi bagian standar yang tidak terpisahkan dalam paket aplikasi kantoran Microsoft Office System (kecuali Basic Edition).
Versi terbaru adalah Microsoft Office PowerPoint 2007 (PowerPoint 12), yang dirilis pada bulan November 2006, yang merupakan sebuah lompatan yang cukup jauh dari segi antarmuka pengguna dan kemampuan grafik yang ditingkatkan. Selain itu, dibandingkan dengan format data sebelumnya yang merupakan data biner dengan ekstensi , versi ini menawarkan format data XML dengan ekstensi

Salah satu tugas mata kuliah multimedia , kita diberi tugas untuk membuat sebuah presentasi dengan menggunakan media pembeljaran berupa Power Point,, berikut ini adalah salah satu contoh power point untuk pembealjaran matematika. 

http://www.4shared.com/file/YoE-eMbs/tugas1mulmed.html

Penerapan model PBI untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Marematika Siswa


Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi dan berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu serta dapat memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini tidak terlepas dari peran matematika, terutama dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang matematika diskrit dan lain sebagainya. Selain itu, matematika menempati posisi paling mendasar dalam hierarki ilmu pengetahuan, hal ini setara dengan ilmu filsafat yang merupakan dasar dari semua ilmu pengetahuan. Kesetaraan ini dilandaskan pada konsep logika yang melekat pada kedua ilmu tersebut. Dengan menggunakan logika, yang dikenal dengan logika matematika, berbagai konsep dapat dibangun hingga menjadi ilmu matematika yang dikenal saat ini. Oleh karena itu, untuk menguasai teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Selain logika, matematika memiliki nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya yaitu nilai kejujuran dan keterbukaan, nilai kekonsistenan, nilai ketelitian, dan nilai keselarasan. Peran keempat nilai tersebut ditambah dengan logika matematika sangat dibutuhkan untuk dapat memberbaiki kualitas sumber daya manusia yang ada di negara kita. Namun dalam kenyataannya, untuk menerapkan nilai-nilai luhur dalam matematika tersebut tidaklah mudah. Hal ini disebabkan menurut Wahyudin (1999) oleh pandangan masyarakat yang memandang bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami sejalan sehingga tidak heran jika banyak siswa yang tidak senang terhadap matematika yang kemungkinan besar disebabkan oleh sulitnya memahami materi dan konsep matematika.
Konsep-konsep matematika tersusun secara terstruktur, logis dan sistematis mulai dari konsep yang sederhana sampai konsep yang paling kompleks, sehingga memerlukan kemampuan berpikir yang baik untuk menguasainya. Salah satu komponen dari berpikir matematis tingkat tinggi (high- order mathematical thinking) adalah koneksi matematika. Menurut Ruspiani (2000:68) kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan siswa mengaitkan konsep-konsep matematika baik antar konsep matematika itu sendiri maupun mengaitkan konsep matematika dengan bidang lainnya. Koneksi matematika bertujuan untuk membantu persepsi siswa dengan cara melihat matematika sebagai bagian yang terintegrasi dengan kehidupan. Adapun tujuan pembelajaran koneksi matematika di sekolah (dalam Rokhaeni, 2011:3 ) dapat dirumuskan ke dalam tiga bagian yaitu memperluas wawasan pengetahuan siswa , memandang matematika sebagai suatu keseluruhan yang terpadu bukan sebagai materi yang berdiri sendiri, serta mengenal relevansi dan manfaat matematika dalam konteks dunia nyata. 
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan secara umum bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi,  khususnya kemampuan koneksi matematika sangat  penting dimiliki oleh siswa. Namun, menurut survey (dalam Rokhaeni, 2011:3) yang dilakukan oleh Programme for International Student Assesment bahwa Indonesia menduduki peringkat ke -58 dari 65 negara partisipasi (PISA, 2009). Penelitian tersebut mengemukakan bahawa kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika ke dalam masalah-masalah yang berkaitan sangat rendah. Hasil penelitian itu menunjukan bahwa 66% siswa Indonesia hanya mampu mengenali tema masalah, tetapi tidak mampu menemukan keterkaitan antara tema masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Keterkaitan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah koneksi antara tema masalah dengan segala pengetahuan yang ada.
Hasil penelitian lain yang menunjukan kemampuan koneksi matematika siswa sangat rendah terdapat pada penelitian Ruspiani (dalam Nasir, 2008) yang mengatakan bahwa rata-rata nilai kemampuan koneksi matematika siswa sekolah menengah masih rendah, nilai rata-ratanya kurang dari 60 pada skor 100, yaitu sekitar 22,2% untuk koneksi matematika dengan pokok bahasan lain, 44,9% koneksi matematika dengan bidang studi lain, dan 67,3% untuk koneksi matematika dengan kehidupan keseharian. Berdasarkan data tersebut kita bisa melihat bahwa siswa tidak mampu  menghubungkan antar konsep dalam  matematika, menghubungkan matematika dengan dengan disiplin ilmu lain, dan menghubungkan matematika dengan dunia nyata. Terlihat dari tidak bisanya mereka mengerjakan soal cerita dan soal-soal aplikasi matematika.
Rendahnya kemampuan koneksi matematika siswa dapat berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Menurut Wahyudin (dalam Rahman, 2010:4), penyebab rendahnya pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika diantaranya karena proses pembelajaran yang belum optimal. Proses pembelajaran yang ada pada saat ini umumnya guru hanya sibuk sendiri menjelaskan apa yang telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan siswa hanya sebagai penerima informasi. Akibatnya siswa hanya mengerjakan apa yang dicontohkan oleh guru, tanpa tahu makna dan pengertian dari apa yang mereka kerjakan. Hal ini menyebabkan siswa kurang memiliki kemampuan mengenali representasi ekuivalen dari konsep yang sama, menggunakan dan menilai kaitan antar topik matematika, menggunakan dan menilai kaitan antara topik matematika dengan disiplin ilmu lain, dan menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Keempat kemampuan tersebut merupakan indikator kemampuan koneksi matematika dalam pembelajaran matematika. Dengan demikian , kemampuan koneksi matematika siswa harus dikembangkan supaya lebih meningkat.
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika yaitu dengan menggunakan dengan model Problem Based Instruction (PBI) disebut juga Pembelajaran Berdasarkan  Masalah . PBI ini merupakan Model pembelajaran  yang mengangkat satu masalah  aktual sebagai satu pembelajaran yang menantang dan menarik. Peserta didik diharapkan dapat belajar memecahkan masalah tersebut secara adil dan objektif  (Widodo, 2009). Menurut Widodo (2009) dengan Problem Based Instruction (PBI) guru dapat melatih siswa untuk  menjadi pembelajar  mandiri, meniru peran orang dewasa dan terbiasa memandang suatu  masalah dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu yang berbeda. Secara garis besar PBI terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kapada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
PBI juga didasarkan pada konsep konstruktivisme yang dikembangkan oleh ahli psikologi Eropa Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Menurut Piaget, anak memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus-menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Pandangan konstruktivis-kognitif mengemukakan, siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan mereka tidak statis, tetapi terus-menerus tumbuh dan berubah saat siswa menghadapai pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal. PBI juga merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanann, dalam Trianto, 2007). 
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditraik sebuah hipotesis bahwa model PBI dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa .

Kamis, 08 Desember 2011

Sekilas Mengenai Adobe Photoshop



Adobe Photoshop, atau biasa disebut Photoshop, adalah perangkat lunak editor citra buatan Adobe Systems yang dikhususkan untuk pengeditan foto/gambar dan pembuatan efek. Perangkat lunak ini banyak digunakan oleh fotografer digital dan perusahaan iklan sehingga dianggap sebagai pemimpin pasar (market leader) untuk perangkat lunak pengolah gambar/foto, dan, bersama Adobe Acrobat, dianggap sebagai produk terbaik yang pernah diproduksi oleh Adobe Systems. Versi kedelapan aplikasi ini disebut dengan nama Photoshop CS (Creative Suite), versi sembilan disebut Adobe Photoshop CS2, versi sepuluh disebut Adobe Photoshop CS3 , versi kesebelas adalah Adobe Photoshop CS4 dan versi yang terakhir (keduabelas) adalah Adobe Photoshop CS5.
Photoshop tersedia untuk Microsoft Windows, Mac OS X, dan Mac OS; versi 9 ke atas juga dapat digunakan oleh sistem operasi lain seperti Linux dengan bantuan perangkat lunak tertentu seperti CrossOver.
Mengedit foto dengan Adobe Photoshop seru bgttttttt :). Kita bisa ngedit foto wajah yang berjerawat disulap jadi wajah yang mulus tanpa jerawat,, selain itu kita bisa merekayasa suatu objek sesuai dengan keinginan kita dengan menggunakan efek-efek yang tersedia di Adobe Photoshop :)

Foto sebelum di edit
Foto setelah di edit

Foto sebelum di edit

Foto setelah edit

Kamis, 01 Desember 2011

Kenapa <blink> Matematika </blink> Selalu identik dengan Angka???

Matematika Ceria.... :)